BAB
I
PENDAHULUAN
Sebagaimana yang kita
ketahui, terdapat banyak teori kepribadian di lingkungan peradaban Barat,
begitu pula terdapat banyak psikologi Timur. Kendati terdapat
perbedaan-perbedaan besar dalam hal kepercayaaan dan pandangan tentang dunia di
antara agama-agama yang mengandung psikologi-psikologi Timur, namun dalam hal
ini juga terdapat persamaan diatara keduanya, yakni semuanya berusaha
menggambarkan kodrat pengalaman langsung sang pribadi. Dalam hal ini, segala
sistemnya berkisar pada teknik-teknik meditasi yang memungkinkan orang
semata-mata meneliti arus kesadarannya sendiri, dengan memberinya sejenis
jendela yang netral atas aliran pengalamannya. Oleh karean itu, pada akhirnya
semua psikologi Timur mengakui bahwa jalan utama ke arah transformasi diri ini
adalah meditasi.
Salah satu diantara
psikologi-psikologi ini yang paling sistematik dan yang tersusun secara paling
rinci adalah Buddhisme Klasik. Diberi nama menurut hari Buddha yang dalam
bahasa Pali disebut Abhidhamma (atau Abhidharma dalam bahasa Sansekerta),
berarti “ajaran pokok”. Psikologi ini menguraikan wawasan asli dari Buddha
Gautama tentang kodrat manusia. (Kamus terbaik yang ada tentang istilah-istilah
Abhidhamma adalah karya Nyanatiloka; 1972). Karena psikologi itu berasal dari
ajaran-ajaran pokok Buddha, maka Abhdhamma atau suatu psikologi yang sangat
serupa dengan itu, merupakan inti dari berbagai cabang Buddhisme.
BAB
II
PEMBAHASAN
TEORI KEPRIBADIAN ABHIDHAMMA
Abhidhamma
telah berkembang 15 abad yang lalu,merupakan wawasan-wawasan dari budha
Gautama.buddhisme sendiri berkembang menjadi beberapa aliran Mahayana dan
hinayana.
I. UNSUR-UNSUR
KEPRIBADIAN
Dalam abhidhamma kata “keperibadian
“ serupa dengan konsep atta atau diri (self) menurut konsep barat.menurut
adbhidamma tidak ada diri yang bersifat kekal atau abadi ,benar-benar kekal
,yang ada hanyalah sekumpulan proses impersonal yang timbul dan menghilang
.yang Nampak sebagai kepribadian terbentuk dari perpaduan antara proses –proses
impersonal ini.apa yang Nampak sebagai
diri ,tidak lain adalah bagian keseluruhan jumlah bagian-bagian tubuh ,yakni
pikiran,penginderaan ,hawa nafsu ,dsb.satu-satunya benang bersenimungan atau
bersambung –menyambung dalam jiwa adalah bhava ,yakni kesinambungan kesadaran
diri waktu ke waktu.kata kesinambungan adalah istilah bahasa jawa ,artinya
sambung –menyambung.
Setiap
momen yang berturut-turut dalam kesadaran manusia ,dibentuk oleh momen
sebelumnya,dan pada gilirannya akan menentukan momen-momen yang
berikutnya.bhavalah yang menghubungkan momen kesadaran yang satu dengan momen
kesadaran berikutnya,jadi semua proses kejiwaan manusia itu berkesinambungan.
Menurut abhidahmma ,bahwa
kepribadian manusia itu sama seperti sungai memiliki bentuk yang
tetap,seolah-olah satu identitas ,walaupun tidak setetes air pun tidak berubah
seperti pada momen sebelumnya.dalam pandangan ini “ tidak ada actor terlepas
dari aksi,tidak ada orang yang mengamati terlepas dari persepsi ,tidak ada
subjek sadar dibalik kesadaran” (dalam kata-kata Buddha ,samyutta –nikaya
,1972,135:hall,p.237”)
Yang menjadi focus
study psikologi abhidhamma adalah rangkaian peristiwa ,yakni hubungan terus
menerus antara keadaan-keadaan jiwa dan objek-objek indera,misalnya perasaan
bihari (keadaan jiwa) pada seorang wanita cantik (objek indera).keadaan-keadaan
jiwa itu selalu berubah dari momen ke momen ,dan perubahan itu ternyata sangat
cepat. Metode dasar yang dipakai untuk meneliti perubahan yang sangat banyak
dalam jiwa adalah intropeksi ,yakni suatu observasi teliti dan sistematik yang
dilakukan oleh seseorang terhadap pengalamannya sendiri. Yang menjadi subjek
psikologi abhidhamma adalah :
a. Penginderaan
dari panca indera
b. Pikiran-pikiran
yang dianggap sebagai indera keenam
c. Setiap
keadaan jiwa terdiri atas sekumpulan sifat-sifat jiwa ,yang disebut factor-faktor
jiwa,sifat-sifat jiwa misalnya cinta,benci,adil,bengis,social dsb.
Abhidhamma menemukan 53
kategori factor kejiwaan.yang lain menemukan 175 macam :
Prinsip-prinsip keadaan jiwa dapat
dikemukakan sbb:
a. Setiap
keadaan jiwa hanya sebagian kecil kumpulan factor yang hadir
b. Kualitas-kualitas
keadaan jiwa ditentukan oleh factor-faktor mana yang digabungkan
c. Abhidhamma
yakin,bahwa setiap keadaan jiwa berasal dari pengaruh biologis dan pengaruh
situasi ,disamping pemindahan pengaruh dari momen psikologis sebelumnya.
d. Setiap
keadaan jiwa pada gilirannya menentukan kombinasi khusus factor-faktor dalam
keadaan jiwa berikutnya.
Faktor-faktor jiwa berperan sebagai :
a. Factor-faktor
sebagai kunci menuju karma (menurut istilah barat),karma menurut istilah
pali,istilah teknis bagi abhidamma.artinya karma adalah prisip bahwa setiap
perbuatan dimotivasi oleh keadaan-keadaan jiwa yang melatarbelakangi.
b. Menurut
psikologi timur,bahwa suatu tingkah laku pada hakikatnya secara moral ialah
netral .
c. Sifat
moral tingkah laku ditinjau dari motif-motif yang melatarbelakangi orang yang
melakukan perbuatan itu,
d. Perbuatan
seseorang memiliki campuran factor-faktor jiwa negative.
e. Dhammapada
adalah kumpulan sajak yang dahulu diucapkan oleh budha Gautama ,mulai tentang
ajaran karma dan kamma.
f. Intinya:
bahwa segala apa yang ada pada manusia adalah sebagai akibat yang pikirannya
,yakni berdasarkan pikirannya,dan dibentuk oleh pikirannya juga,
Jika
orang bertindak atau berbicara dengan pikiran jahat ,maka pikiran sakit akan
mengikutinya,sama seperti roda yang mengikuti lembu yang menariknya.sebaliknya
,jika kita berbicara atau bertindak dengan pikiran murni ,maka kebahagiaan akan
mengikutinya,sama seperti baying-bayang yang tidak pernah meninggalkannya (
babbit,1965,p.3,hall,240).
II.
MACAM-MACAM FAKTOR JIWA
Mengenai factor-faktor
jiwa dapat dikelompokkan menjadi 2 macam ,ialah :
a. Kusula
: berarti murni,baik,sehat
b. Akusula
: berarti tidak murni ,tidak baik ,tidak sehat
Kebanyakan factor jiwa
perceptual ,kognitif,dan afektif cocok dimasukkan kedalam kategori sehat atau
tidak sehat. Penilaian factor jiwa itu sehat tidak sehat ,dicapai secara
empiris ,berdasarkan pengalaman kolektif sejumlah besar petapa buddhis pertama
dahulu. Kriterium mengenai factor jiwa sehat atau tidak sehat adalah apakah
suatu factor jiwa khusus tertentu mempermudah atau mengganggu usaha mereka
untuk mengheningkan jiwa dalam samadi.
Maka factor yang mengganggu samadi disebut factor
jiwa tidak sehat .sedangkan yang mempermudah jalannya untuk mengheningkan jiwa
disebut factor jiwa sehat.selain factor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat ,ada
tujuh sifat netral yang ada dalam setiap keadaan jiwa ,yakni:
a. Phasa
: appersepsi adalah kesadaran semata-mata kesuatu objek.
b. Sanna
: persepsi ,adalah pengenalan pertama bahwa kesadaran semata-mata pada suatu
objek yang tersebut termasuk dalam salah satu indera. Misalnya
penglihatan,pendengaran,pembauan,dsb
c. Cetana
: kemauan,yakni reaksi terkondisi yang menyertai suatu objek
d. Vedana
: perasaan ,aneka penginderaan yang dibangkitkan oleh objek itu.
e. Ekaggata
: keterarahan kepada satu titik,yakni pemusatan kesadaran.
f. Manasikara
: perhatian spontan ,yakni pengarahan perhatian yang tidak disengaja karena
daya tarik dari objek
g. Jivitindriya
: energy psikis,yang member vitalitas dan mempersatukan keenam factor jiwa
lainnya. (hall,p.241)
Factor-faktor
tersebut merupakan sejenis kerangka dasar kesadaran tempat tertanamnya
factor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat.kombinasi khusus factor –faktor
tersebut berbeda-beda dari momen ke momen.
FAKTOR-FAKTOR
JIWA TIDAK SEHAT
A. Beberapa
contoh factor tidak sehatnya pada jiwa dari kelompok koqnitif ,antara lain sbb:
1. Moha
: delusi,bersifat perceptual ,sentral,yakni kegelapan jiwa,penyebab persepsi
salah pada objek kesadaran.
2. Aditthi
: pandangan salah ,pemahaman tidak tepat karena pengaruh delusi.karena
pandangan atau pemahaman salah ,maka semua yang tertuju menjadi tidak
menyenangkan .misalnya ,pandangan diri sebagai yang tetap model barat,secara
timur hal-hal tersebut adalah aditthi.
3. Vicikiccha
: kebingungan, mencerminkan ketidak mampuan untuk menentukan atau membuat suatu
keputusan yang tepat.
4. Ahirika
: sikap tidak tahu
5. Anottapa
: tanpa belas kasihan, bengis,kejam,sadis.
6. Mana
: egoism,egoistis, mementingkan diri sendiri
B. Sedangkan
yang termasuk dalam kelompok afektif ialah :
7. Uddhacca
: keresahan , rasa tidak tentram
8. Kukkucca
: kekhawatiran, yakni keadaan bingung, linglung,penyesalan.
9. Lobha
: tamak, rakus serakah.
10. Macchariya
: kekikiran , pelit .
11. Issa
: iri hati, menyebabkan keterikatan pada objek
12. Dosa
: kemuakan, merupakan sisi negatifnya dan selalu berhubungan dengan delusi .
13. Thina
: kontraksi , pengerutan, kejang-kejang,gemetar
14. Middha
: kebekuan,sikap dingin .
Factor-faktor tersebut
penyebab jiwa menjadi kaku, tidak luwes, dan jika dominan maka orang menjadi
lamban.
Factor-faktor jiwa
sehat bersifat polar dengan lawannya. Jalan tengah tidak ada. Prinsip polar
tersebut dijadikan cara untuk membuat jiwa yang sehat, yakni mengganti
factor-factor tidak sehat. Hal ini merupakan prinsip resiprokal yang menghambat
timbale balik .
Sementara itu berapa
factor jiwa sehat dari kognitif ialah sebagai berikut :
a. Panna
: pemahaman, insight , lawan dari delusi, persepsi yang jelas. Panna dan moha
tidak dapat hadir bersama .
b. Sati
: sikap penuh perhatikan, mind fulnness , pemahaman yang jelas dan kontinyu
pada objek. Panna dan sati menyebabkan orang menjadi tenang selalu, dapat untuk
menekan semua factor tidak sehat.
c. Hiri
: rendah hati , menghambat tidak tahu malu .
d. Ottappa
: sikap penuh hati-hati , sikap tanpa penyesalan .
e. Cittujjukata
: kejujuran, gandengan dari ottappa ( kejujuran )
f. Saddaha
: kepercayaan , yakni kepastian berdasarkan pada persepsi yang tepat .
kombinasi dari hiri, ottapa , cittjjukata dan saddha.
III. DINAMIKA
KEPRIBADIAN
Dinamika
Kepribadian adalah gerak kebribadian yang terjelma dalam tingkah laku, baik
yang nampak maupun yang tidak nampak, ini terjadi karena adanya faktor jiwa
yang sehat dan tidak sehat.
Beberapa contoh interaksi berbagai
faktor jiwa dan bagaimana perilaku yang terjadi, atau mennyebabkan sifat-sifat
tingkah laku tertentu, adalah sebagai berikut :
a. Kelompok
faktor tidak sehat yang terdiri dari ketamakan,kekikiran, irihati, dan kemuakan
di lawan oleh faktor seperti alobha, adosa, tatramajjhata, passadhi, mencari
ketenangan fisik dan jiwa yang terjadi karena berkurangnya perasaan
keterikatan.
b. Sikap
alobha,adosa,tatramajjhata,passadhi menggantika sikap rakus, atau sebaliknya,
sikap menolak, dengan sikap penuh perhatian terhadap apa saja yang mungkin
timbul dalam kesadaran orsng menyebabkan timbulnya sikap menerima apa adanya.
c. Faktor
tidak sehat sikap egoisme,irihati, kemuakan, menyebabkan orang haus atau
mendambakan pekerjaan yang terpandang, tinggi dan mewah, atau irihati terhadap
orang lain yang mempunyai pekerjaan.
d. Sebaiknya,
sikap-sikap tenang, bebas, ketidakmuakan, netral, menyebabkan orang menimbang
keuntungan-keuntungan berupa upah dan prestasi dengan keinginan seperti tekanan
dan ketegangan yang lebih besar.
e. Jika
faktor ahuta, muduta, paqunnata, muncu pada perilaku, maka sesseorang akan
berfikir dan bertindak dengan leluasa dan mudah, mewujudkan
keterampilan-keterampilannya secara maksimal.
f. Faktor
tersebut menekan faktor kontraksi dan kebekuan yang tidak sehat itu, yang
menguasai jiwa dalam keadaan tertentu seperti depresi.
IV. PSIKODINAMIKA
ABHIDHAMMA
Psikodinamika
dapat terjadi karena interaksi antara faktor jiwa dengan mekanisme sebagai
berikut :
a. Faktor-faktor
jiwa yang sehat dan tidak saling menghambat.
b. Tidak
selalu terdapat hubungan satu lawan satu antara sepasang faktor-faktor sehat
dan tidak sehat.
c. Kehadiran
yang satu menekan faktor tandingnya.
d. Dalam
faktor yang sehat akan menghambat sekumpulan faktor yang tidak sehat.
e. Dalam
setiap keadaan jiwa tertentu, faktor yang membentuk keadaan jiwa.
f. Faktor
apa saja yang paling kuat akan menentukan bagaimana seseorang mengalami dan
bertindak dalam suatu momen tertentu.
Daftar
sifat-sifat kepribadian menurut faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat
sebagai berikut :
a. Perseptual
(kognitif)
1. Pemahaman
(insight) : Delusi
2. Sikap
penuh perhatian : Pandangan yang salah
3. Sikap
rendah hati : Sikap tak tahu malu
4. Sikap
penuh hati-hati : kecerobohan
5. Kepercayaan
: Egois
b. Afektif
1. Ketenangan
: keresahan
2. Ketidak-terikatan
: ketamakan
3. Ketidak-muakan
: kemuakan
4. Kenetralan
: Iri hati
5. Kegembiraan
: kekikiran
6. Fleksibilitas
: kekhawatiran
7. Kemampuan
adaptasi : pengerutan
8. Kecakapan
: kebekuan
9. Kejujuran
: kebingungan.
V.
TIPE-TIPE KEPRIBADIAN
Mengenai bagaimana timbunya beberapa tipe kepribadian menurut
ajaran Abhidhamma adaah sebagai berikut:
1. Bahwa
tipe-tipe kepribadian menurut Abhidhamma, secara langsung diturunkan dari
prinsip bahwa faktor-faktor jiwa muncul dalam kekuatan yang berbeda-beda.
2. Motif
pada manusia berasal dari analisis mengenai faktor-faktor jiwa dan pengaruh
fakor-faktor tersebut pada tingkah laku. Motif itu menentukan keadaan jiwa
seseorang untuk mencari sesuatu atau menjauhinya.
3. Buku
Visuddhimagga (Buddhaghosa, 1976), merupakan pedoman untuk meditasi sesuai
dengan ajaran Abhidhamma abad kelima Masehi.
Tipe-tipe
manusia menurut Visudhimagga antara ain ialah:
a. Tipe
orang suka kenikmatan: berpenampilan menarik, sopan dan menjawab dengan hormat
jika disapa. Mereka melakukan tugas-tugas mereka dengan seni, rapi, sangat
berhati-hati. Jika melihat objek yang menyenagkan, mereka akan berhati-hati
untuk mengaguminya, terpesona oleh tindakan, dan tidak memperhatikan
kekurangannya. Jika mereka meninggalakan objek yang yang indah dengan rasa
sesal.
b. Tipe
orang pembenci: berdiri dengan kaku, tempat tidur dibereskan dengan serampangan
dan tergesa-gesa, berdiri dengan tegang, dan marah jika dibangunkan. Jika
bekerja, mereka kasar dan sembrono, jika menyapu berbunyi keras dan gaduh.
Berpakaian ketat dan tidak rapi. Senang pada makanan pedas dan asam, makan
tergesa-gesa dan tidak memperhatikan cita rasa, tidak suka makanan hambar.
Mereka tidak tertarik pada objek-objek yang indah, memperhatikan kekurangan
sampai yang kecil-kecil, sementara mengabaikan kebaikan-kebaikannnya, sering
marah, penuh kebencian, kejam, mudah iri hati dan kikir.
c. Tipe
orang delusi, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Pakaiannya
compang-camping, benangnya berselawiran, kasar seperti rami,berat dan tidak
enak dipakai.
2. Mangkuknya
dari tanah liat yang buruk atau mangkuk logam yang berat, bentuknya tidak
serasi, memuakkan,tidak rata, tidak ada di desa sekitarnya.
3. Desa
yang cocok adalah desa yang tidak teratur, orangnya lalu-lalang seolah-olah
tidak melihatnya.
4. Orang
yang menyalaminya adalah orang-orang yang kasar, kotor, tak sedap dipandang
mata, makanan kotor, berbau dan menjijikkan.
5. Makannya
bubur yang telah hancur, dadih basi (langit-langit susu), bubur yang asam, kari
dari sayuran tua-tua, atau apa saja asal dapat mengisi perut. Mengisi mulut
sepenuh-penuhnya, ceroboh, mengotori muka (dalam bahasa jawa gabres).
6. Cara
berdiri seenaknya, suka tidur terlentang, bangun lamban, suka menggerutu,
banyak keluh kesah, tempat tidur tidak rapi.
7. Sebagai
pekerja mereka tidak terampil, jorok, mereka menyapu dengan kaku dan
serampangan, tidak bersih.
8. Mereka
tidak mempunyai ide baik atau jelek pada benda, percaya saja apa yang dikatakan
oleh orang lain, lalu turut memuja atau mencelanya.
9. Sering
berkelakuan malas, kaku, kacau, mudah menyerah, dan bingung, dapat juga keras
kepala dan bandel.
Tujuannya
untuk melatih mengalahkan gejala- gejala psikologis yang dominan dengan
demikian menjadikan jiwa mereka seimbang, sehingga dapat disebut manusia yang
harmonis.
Sebaliknya,
kondisi-kondisi untuk tipe orang penuh kebencian, semuanya dibuat serba seenak
dan semudah mungkin. Bagi tipe delusi, segala sesuatunya harus dibuat sederhana
dan jelas, menyenangkan serta enak, seperti kondisi untuk tipe penuh kebencian.
Kepribadian
Sehat dan Gangguan Jiwa.
Definisi operasional Kepribadian dapat
dirumuskansebagai berikut :
1. Pribadi
sehat : Tidak ada faktor-faktor tidak sehat atau selalu ada faktor sehat.
2. Jiwa terganggu : Ada faktor jiwa tidak sehat.
Gangguan jiwa timbul karena faktor tidak sehat menguasai kejiwaan seseorang.
3.
Kriterium untuk kesehatan jiwa : Adanya
faktor-faktor yang sehat dan ketiadaan faktor-faktor yang tidak sehat dalam
sistem pengelolaan sumber daya psikologis seseorang.
Beberapa
contoh faktor sehat :
1. Karuna
: Kebaikan hati yang penuh kasih.
2. Mudita
: merasakan nikmat dalam kebahagiaan orang lain.
3. Dalam
kitab suci Buddha ada disebut oleh Buddha : “ semua orang yang tertarik hal-hal
duniawi adalah gila”.
4. Annusaya
: kecenderungan-kecenderungan laten dari jiwa mengarah ke keadaan-keadaan jiwa
tidak sehat.
5. Meditasi
: Sarana menuju Kepribadian Sehat.
VI. MENGEMBANGKAN
KESEHATAN JIWA DAN KEPRIBADIAN
Setelah orang mengetahui
faktor-faktor sehat dan tidak sehat jiwa maka dapat merasakan sendiri. Strategi
untuk mencapai keadaan-keadaan jiwa sehat buka berupa usaha langsung mencari
ataupun menunjukan sikap muak terhadap keadaan-keadaan tidak sehat. Pedekatan
yang dianjurkan adalah melakukan meditasi atau samadi.
Kegiatan meditasi ada dua cara,
yaitu meditasi dengan terkonsentrasikan dan metode meditasi dengan sikap netral
terhadap apa saja ang muncul dan hilang dalam arus kesadaran. Metode pertama
disebut metode konsentrasi dan metode kedua disebut metode dengan sikap penuh
perhatian.
A. Meditasi
Dengan Konstrasi
Metode
meditasi dengan konsemtrasi adalah seserorang yang melakukan meditasi
(meditator) berusaha untk mengarahkan perhatian kepada hanya satu objek atau
satu titik pusat. Selama mengembangka meditasi, meditator berusaha melampaui
apa yang biasanya kita anggap sebagai batas- batas normal untuk
mempertahankan hanya satu objek dalam
kesadaran. Setelah mempertahankan satu pikira dalam kesadaran William James
menyatakan bahwa : “Mungkin tidak seorang pun dapat secara terus menerus
mempertahankan suatu objek yang tidak berubah”. Dan memang itulah tujuan
meditasi. Konsentrasi pada faktor sehat mempermudah mencapai konsentrasi yang
semakin mendalam. Semakin mendalam konsentrasi, maka jiwa meditator makin
stabil, dan faktor-faktor tidak sehat dapat ditekan.
Faktor –faktor yang mempercepat
konsentrasi adalah :
a. Vicara
dan Vitakka : artinya perhatian yang diterapkan dan dipertahankan, memusatkan
perhatian hanya pada satu objek secara terus menerus.
b. Piti
: perasaan perasaan terpesona
c. Virinya
: energi, tenaga
d. Uphekka
: ketenangan hati
Tingkatan samadi
melalui dua cara, yaitu :
1. Konsentrasi
: pada tingkatan ini membangun ketenangan hati. Yang disebut konsentrasi adalah
sebagai “jalan masuk”, keadaan faktor-faktor ini akan berfluktuasi. Dengan
konsentrasi terus menerus pada satu objek, fluktuasi akan berubah menjadi
stabilitas.
2. Jhana
: keadaan diluar kesadaran. Dalam beberapa tradisi Budha dan Hindu disebut
samadi. Dalam jhana persepsi-persepsi dan pikiran-pikiran normal berhenti sama
sekali.
Tingkatan Jhana ada
beberapa macam yang menggambarkan bahwa tingkatan samadi semakin mendalam paa
jhana-jhana berikutnya. Dalam jhana pertama, meditator secara total terarah
pada satu objek, sehingga jiwa seperti melebur di dalamnya. Rasa lebur
dibarengi oleh kebahagiaan, perasaan terpesona, dan lenyapnya semua pikiran dan
perasaan lain dari jiwa.
Pada
jhana-jhana yang makin tinggi, perasaan bahagia akan digantikan oleh ketenangan
batin yang kuat. Saat keluar dari jhana akan diikuti oleh perasaan senang,
dimana faktor tidak sehat akan terhambat dan faktor sehat akan berkuasa. Kalau
jhana semakin dalam, maka penghilangan faktor jiwa tidak sehat semakin efisien.
Jika pengaruh-pengaruh dari jhana menghilang, maka faktor-faktor tidak sehat
akan kembali mengusai jiwa meditator.
B. Jalan
Menuju Perubahan Kepibadian
Pada metode meditasi dengan sikap penuh perhatian,
meditator tidak perlu mengatur arus
kesadaran. Dengan metode ini, meditator berusaha mancapai kesadaran penuh
kepada setiap dan semua isi jiwa. Meditator tidak membiarkan perhatiannya
terpusat pada pikiran atau perasaan tertentu, tetapi berusaha mempertahankan
sikap menjadi “saksi” yang netral terhadap semua itu.
Dalam tahap permulaan,
metode ini memerlukan sikap penuh, dimana meditator menghadapi setiap
oengalaman, setiap peristiwa kejiwaan, seolah-olah semua itu baru terjadi untuk
pertama kalinya. Ia membatasi perhatiannya sekesar untuk mencatat setiap momen
kesadaran secara berturut-turut. Jika kemudian muncul rentetan hubungan atau
asosiasi, kategorisasi, atau reaksi spesifik dalam jiwa, meditator
memperlakukan hal itu sebagai objek perhatian samata-mata. Meditator tidak
menolak dan tidak mengejarnya, tetapi setelah hal-hal tersebut tercatat lalu
dikeluarkan dari kesadaran. Meditator akan terus menerus terseret ke dalam
suatu rentetan pikiran, membiarkan sikap penuh perhatian menjadi buyar.
Sikap
penuh perhatian akan bekerja sangat baik, jka konsentrasi meditator cukup kuat,
agar jiwa selalu siap mencatat persepsi dan pikiran. Tetapi konsentrasi
tersebut tidak boleh terlalu kuat,sampai-sampai proses ini terhenti. Jika sikap
penuh perhatian miningkat, maka ilusi normal tentang kontinuitas jiwa dan
pikiran logis didapatkan, orang mulai menyadari satuan-satuan acak
terpisah-pisah sehingga jiwa terus menerus membangun suatu kenyataan.
Dalam samadi dengan
penuh perhatian, terdapat tiga tingkat, ialah :
1. Tahap
Vipassana
Dimana
sikap penuh perhatian begitu kuat, sampai membentuk kesinambungan dan masuk
pada tahap kedua dalam proses meditasi yang disebut tahap pemahaman (insight)
atau vipassana. Datangnya vipassana ditandai dengan persepsi yang semakin halus
dan semakin tepat pada semua macam kegiatan kejiwaan. Meditator menyadari bahwa
jiwanya terus-menerus berubah. Jiwa yang selalu berubah dan impersonal ini
menyebabkan orang ingin melarikan diri. Akhirnya vipassana atau insight
mencapai puncaknya disebut dengan nibbhana, jika semua proses kejiwaan berhenti
secara total disebut dengan nirvanik yang bersifat nirvana.
2. Tahap
Nirvana
Dalam
tahap nirvana tidak mengalami kebahagiaan dan ketenangan hati. Nirvana adalah
keadaan yang lebih hampa dari pada jhana. Dalam abhidhamma bahwa tahap nirvana mengubah
keadaan jiwa seseorang secara radikal dan kekal. Dengan melaksanakan samadi
dengan penuh perhatian menuju vipassana (insight) atau pemahaman terus masuk ke
nirvana adalah jalan menuju kepribadian yang sehat. Meskipun nirvana merupakan
suatu langkah kunci, namun bukan merupakan akhir dari jalan Abhidhamma. Jika
jalan jhana mempunyai pengaruh bagi kepribadian seseorang maka pengaruh nirvana
tidak terusik lagi. Pengalaman pertama bagi meditator nirvana akan memulai
gerak perubahan yang pada akhirnya dapat membawa ke titik lenyapnya
faktor-faktor tidak sehat. Meditator nirvana dapat membawa semua annusaya yaitu
kecenderungan-kecenderungan laten yang secara potensial dapat menyebabkan
ketidaksehatan jiwa.
3. Tahap
Arahat
Tingkat
arahat adalah tingkat ideal kepribadian sehat. Arahat merupakan hakikat dari
kesehatan jiwa dan kepribadian manusia menurut Abhidhamma. Sifat-sifat
kepribadian seorang arahat diubah secara permanen atau tetap. Bahwa semua
motif, persepsi, atau perbuatan yang dibawah pengaruh faktor tidak sehat akan
lenyap. Artinya semua motif, persepsi dan perbuatan orang arahat di bawah
pengaruh faktor jiwa yang sehat.
Rune
Johansson, dalam bukunya The Psychology of Nirvana (1970), telah memilih dari
sumber-sumber Abhidhamma sifat-sifat kepribadian arahat. Daftar sifat-sifat
dikemukakannya dengan mencakup dua hal, ialah :
1. Sifat
bebas dari :
a. Ketamakan
terhadap hasrat-hasrat indera.
b. Kecemasan,
kebencian dan anekamacam ketakuatan.
c. Aneka
dogmatisme seperti keyakinan bahwa inilah kebenaran.
d. Kemuakan
terhadap kondisi-kondisi seperti kehilangan, dipermalukan, rasa sakit atau
dipersalahkan.
e. Perasaan-perasaan
hawa nafsu atau marah.
f. Pengalaman-pengalaman
penderitaan.
g. Kebutuhan
akan peneguhan, kenikmatan atau pujian.
h. Keinginan
akan sesuatu untuk diri sendiri melebihi hal-hal yang pokok dan diperlukan.
2. Sifat
kaya dengan:
a. Sikap
netral terhadap orang-orang lain dan tenang dalam semua situasi.
b. Kesiap-siagaan
dan gembira dalam menghadap pengalaman apa saja, secara tenang tidak terpikir
apakah pengalaman itu biasa atau bahkan membosankan.
c. Perasaan-perasaan
belas kasihan yang kuat dan kebaikan hati yang penuh kasih.
d. Persepsi-persepsi
yang cepat dan tepat.
e. Ketenangan
dan ketrampilan dalam bertindak atau berbuat.
f. Keterbukaan
terhadap sesamanya.
g. kepekaan
terhadap kebutuhan orang lain (kepedulian sosial).
VII.
TENTANG MIMPI
Abhidhamma mengatakan bahwa mimpi adalah
sifat istimewa lain dari aharat. Ada empat
macam tipe mimpi pada manusia, yakni:
1. Tipe
pertama, mimpi yang disebabkan oleh sejenis gangguan pada organ atau otot, dan
biasanya menyangkut suatu persaan fisik yang menakutkan, misalnya jatuh,
terbang, atau dikejar-kejar harimau. Bermacam-macam mimpi buruktermasuk tipe
mimpi ini.
2. Tipe
kedua, mimpi yang ada hubungannya dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan orang
pada siang harinya, dan menggemakan pengalaman-pengalaman yang sudah berlalau
tersebut. Mimpi semacam ini kerap terjadi.
3. Tipe
ketiga, mimpi tentang suatu peristiwa actual sebagai mana peristiwa itu
terjadi, mirip dengan prinsip sinkronitas pada pendapat C.G.Jung.
4. Tipe
keempat, mimpi yang bersifat waskita (clairvoyant),
suatu ramalan yang tepat tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Jika
seorang arahat bermimpi maka mimpinya ituselalu bersifat waskita (Van Aung,
1972).
Sang Buddha sendiri
mahir dalam menginterpretasikan lambing-lambang dalam mimpinya, meskipun tidak
ada system yang formal untuk analisis simbolik dalam Abhidhamma. Buddha Gautama
juga mengalami sederetan mimpi sebelum menerima pencerahan atau sinar Buddha.
Mimpinya tersebut meramalkan pencerahan Buddha Gautama dalam mendapatkan
boddhi.
Tingkat kepribadian
arahat pada Abhidhamma tidak ada pada teori kepribadian psikologi Barat.
Tingakat arahat merupakan hal yang cukup umum pada psikologi timur terutama
dalam ajaran olah kejiwaan. Pada arahat sangat istimewa, merupakan prototipe
kepribadian orang yang tidak ada pada kepribadian dan prototipe di barat.
Arahat sebagai model
pribadi sehat ia kekurangan banyak sifat yang mereka asumsikan intrinsic dalam
kodrat manusia. Mungkin ide pribadi arahat semakna dengan konsep Maslow atau
Rogers sebagai pribadi yang dapat teraktualisasi penuh. Menurut pendapat
penulis, pribadi arahat yang mencapai nirvana memang secara aktualitatif lebih
tinggi dari pada pribadi ideal yang teraktualisir model Maslow, sebab pribadi
arahat telah melampaui dunia fenomenal ini, jadi sudah transcendental.Dalam
ajaran agama lain tidak ada ajaran kejiwaan seperti samadi dalam Buddhisme. Dan
memang, kegiatan samadi atau meditasi tidak seperti semalam jadi, tetapi
memerlukan latihan-latihan yang serius dan lama. Contohnya adalah Buddha
Gautama dan para Bhikku pengikutnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Psikologi
Abhidhamma pada hakikatnya bersifat fenomenologis, yakni suatu teori deskriptif
tentang keadaan-keadaan internal. Hanya orang-orang yang telah menghayati
latihan yang dipersyaratkan dan pengalaman sesudahnya akan benar-benar dapat
menguji teori tersebut. Abhidhamma, ketika membahas keadaan-keadaan di luar
kesadaran dalam meditasi, juga merupakan ”ilmu tentang keadaan-khusus” menurut
definisi yang dikemukakan Tart (1972): pokok pengetahuan yang diperoleh lewat
analisis, eksperimen, dan komunikasi dengan suatu keadaan khusus dalam hal ini,
keadaan bermeditasi. Bahaya utama dari teori-teori fenomenologis dan ilmu-ilmu
pengetahuan tentang keadaan khusus adalah penipuan diri sendiri. Seseorang
mungkin merasa yakin bahwa pengalamannya begini atau begitu, sedangkan
sesungguhnya lain. sepanjang tidak ada bukti lain untuk mengoreksi orang
tersebut, maka kesalahannya akan terus dipertahankan.
Karena alasan ini, suatu teori
seperti Abhidhamma ini membutuhkan pengujian-pengujian terhadap
hipotesis-hipotesisnya sejauh prediksi-prediksinya memang dapat diverifikasikan
dari segi pandangan pengamat dari luar (Barat). Hal ini relatif sulit dilakukan
terhadap perubahan-perubahan dari faktor-faktor jiwa seseorang yang bersifat
terus menerus dari saat ke saat dan tidak kentara. Akan tetapi ada kemungkinan
menguji gambaran-gambaran Abhidhamma tentang perubahan-perubahan yang terjadi
akibat keterpusatan perhatian pada satu titik di satu pihak, atau akibat sikap
penuh perhatian yang bersifat sistematik di pihak lain. Dalam hal ini,
gambaran-gambaran Abhidhamma tentang jhana adalah keadaan-keadaan di luar
kesadaran yang hanya terjadi selama praktik meditasi itu sendiri. Sementara
sifat-sifat arahat mencerminkan pengaruh-pengaruh sifat, yakni
perubahan-perubahan kepribadian yang mengiringi peralihan ke keadaan di luar
kesadaran yang berlangsung lama, yang terus bertahan terlepas dari meditasi itu
sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Ki Fudyartanto. Psikologi
Kepribadian Timur. 2003. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.