Jumat, 13 April 2012

kepribadian timur Abhidamma


BAB I
PENDAHULUAN

Sebagaimana yang kita ketahui, terdapat banyak teori kepribadian di lingkungan peradaban Barat, begitu pula terdapat banyak psikologi Timur. Kendati terdapat perbedaan-perbedaan besar dalam hal kepercayaaan dan pandangan tentang dunia di antara agama-agama yang mengandung psikologi-psikologi Timur, namun dalam hal ini juga terdapat persamaan diatara keduanya, yakni semuanya berusaha menggambarkan kodrat pengalaman langsung sang pribadi. Dalam hal ini, segala sistemnya berkisar pada teknik-teknik meditasi yang memungkinkan orang semata-mata meneliti arus kesadarannya sendiri, dengan memberinya sejenis jendela yang netral atas aliran pengalamannya. Oleh karean itu, pada akhirnya semua psikologi Timur mengakui bahwa jalan utama ke arah transformasi diri ini adalah meditasi.
Salah satu diantara psikologi-psikologi ini yang paling sistematik dan yang tersusun secara paling rinci adalah Buddhisme Klasik. Diberi nama menurut hari Buddha yang dalam bahasa Pali disebut Abhidhamma (atau Abhidharma dalam bahasa Sansekerta), berarti “ajaran pokok”. Psikologi ini menguraikan wawasan asli dari Buddha Gautama tentang kodrat manusia. (Kamus terbaik yang ada tentang istilah-istilah Abhidhamma adalah karya Nyanatiloka; 1972). Karena psikologi itu berasal dari ajaran-ajaran pokok Buddha, maka Abhdhamma atau suatu psikologi yang sangat serupa dengan itu, merupakan inti dari berbagai cabang Buddhisme.





BAB II
PEMBAHASAN
        TEORI KEPRIBADIAN ABHIDHAMMA
Abhidhamma telah berkembang 15 abad yang lalu,merupakan wawasan-wawasan dari budha Gautama.buddhisme sendiri berkembang menjadi beberapa aliran Mahayana dan hinayana.
I.     UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
            Dalam abhidhamma kata “keperibadian “ serupa dengan konsep atta atau diri (self) menurut konsep barat.menurut adbhidamma tidak ada diri yang bersifat kekal atau abadi ,benar-benar kekal ,yang ada hanyalah sekumpulan proses impersonal yang timbul dan menghilang .yang Nampak sebagai kepribadian terbentuk dari perpaduan antara proses –proses impersonal ini.apa yang  Nampak sebagai diri ,tidak lain adalah bagian keseluruhan jumlah bagian-bagian tubuh ,yakni pikiran,penginderaan ,hawa nafsu ,dsb.satu-satunya benang bersenimungan atau bersambung –menyambung dalam jiwa adalah bhava ,yakni kesinambungan kesadaran diri waktu ke waktu.kata kesinambungan adalah istilah bahasa jawa ,artinya sambung –menyambung.
Setiap momen yang berturut-turut dalam kesadaran manusia ,dibentuk oleh momen sebelumnya,dan pada gilirannya akan menentukan momen-momen yang berikutnya.bhavalah yang menghubungkan momen kesadaran yang satu dengan momen kesadaran berikutnya,jadi semua proses kejiwaan manusia itu berkesinambungan.
            Menurut abhidahmma ,bahwa kepribadian manusia itu sama seperti sungai memiliki bentuk yang tetap,seolah-olah satu identitas ,walaupun tidak setetes air pun tidak berubah seperti pada momen sebelumnya.dalam pandangan ini “ tidak ada actor terlepas dari aksi,tidak ada orang yang mengamati terlepas dari persepsi ,tidak ada subjek sadar dibalik kesadaran” (dalam kata-kata Buddha ,samyutta –nikaya ,1972,135:hall,p.237”)
Yang menjadi focus study psikologi abhidhamma adalah rangkaian peristiwa ,yakni hubungan terus menerus antara keadaan-keadaan jiwa dan objek-objek indera,misalnya perasaan bihari (keadaan jiwa) pada seorang wanita cantik (objek indera).keadaan-keadaan jiwa itu selalu berubah dari momen ke momen ,dan perubahan itu ternyata sangat cepat. Metode dasar yang dipakai untuk meneliti perubahan yang sangat banyak dalam jiwa adalah intropeksi ,yakni suatu observasi teliti dan sistematik yang dilakukan oleh seseorang terhadap pengalamannya sendiri. Yang menjadi subjek psikologi abhidhamma adalah :
a.       Penginderaan dari panca indera
b.      Pikiran-pikiran yang dianggap sebagai indera keenam
c.       Setiap keadaan jiwa terdiri atas sekumpulan sifat-sifat jiwa ,yang disebut factor-faktor jiwa,sifat-sifat jiwa misalnya cinta,benci,adil,bengis,social dsb.
Abhidhamma menemukan 53 kategori factor kejiwaan.yang lain menemukan 175 macam :
Prinsip-prinsip keadaan jiwa dapat dikemukakan sbb:
a.       Setiap keadaan jiwa hanya sebagian kecil kumpulan factor yang hadir
b.      Kualitas-kualitas keadaan jiwa ditentukan oleh factor-faktor mana yang digabungkan
c.       Abhidhamma yakin,bahwa setiap keadaan jiwa berasal dari pengaruh biologis dan pengaruh situasi ,disamping pemindahan pengaruh dari momen psikologis sebelumnya.
d.      Setiap keadaan jiwa pada gilirannya menentukan kombinasi khusus factor-faktor dalam keadaan jiwa berikutnya.
Faktor-faktor jiwa berperan sebagai :
a.       Factor-faktor sebagai kunci menuju karma (menurut istilah barat),karma menurut istilah pali,istilah teknis bagi abhidamma.artinya karma adalah prisip bahwa setiap perbuatan dimotivasi oleh keadaan-keadaan jiwa yang melatarbelakangi.
b.      Menurut psikologi timur,bahwa suatu tingkah laku pada hakikatnya secara moral ialah netral .
c.       Sifat moral tingkah laku ditinjau dari motif-motif yang melatarbelakangi orang yang melakukan perbuatan itu,
d.      Perbuatan seseorang memiliki campuran factor-faktor jiwa negative.
e.       Dhammapada adalah kumpulan sajak yang dahulu diucapkan oleh budha Gautama ,mulai tentang ajaran karma dan kamma.
f.       Intinya: bahwa segala apa yang ada pada manusia adalah sebagai akibat yang pikirannya ,yakni berdasarkan pikirannya,dan dibentuk oleh pikirannya juga,
Jika orang bertindak atau berbicara dengan pikiran jahat ,maka pikiran sakit akan mengikutinya,sama seperti roda yang mengikuti lembu yang menariknya.sebaliknya ,jika kita berbicara atau bertindak dengan pikiran murni ,maka kebahagiaan akan mengikutinya,sama seperti baying-bayang yang tidak pernah meninggalkannya ( babbit,1965,p.3,hall,240).
II.         MACAM-MACAM FAKTOR JIWA
Mengenai factor-faktor jiwa dapat dikelompokkan menjadi 2 macam ,ialah :
a.       Kusula : berarti murni,baik,sehat
b.      Akusula : berarti tidak murni ,tidak baik ,tidak sehat
Kebanyakan factor jiwa perceptual ,kognitif,dan afektif cocok dimasukkan kedalam kategori sehat atau tidak sehat. Penilaian factor jiwa itu sehat tidak sehat ,dicapai secara empiris ,berdasarkan pengalaman kolektif sejumlah besar petapa buddhis pertama dahulu. Kriterium mengenai factor jiwa sehat atau tidak sehat adalah apakah suatu factor jiwa khusus tertentu mempermudah atau mengganggu usaha mereka untuk mengheningkan jiwa dalam samadi.
Maka factor yang mengganggu samadi disebut factor jiwa tidak sehat .sedangkan yang mempermudah jalannya untuk mengheningkan jiwa disebut factor jiwa sehat.selain factor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat ,ada tujuh sifat netral yang ada dalam setiap keadaan jiwa ,yakni:
a.       Phasa : appersepsi adalah kesadaran semata-mata kesuatu objek.
b.      Sanna : persepsi ,adalah pengenalan pertama bahwa kesadaran semata-mata pada suatu objek yang tersebut termasuk dalam salah satu indera. Misalnya penglihatan,pendengaran,pembauan,dsb
c.       Cetana : kemauan,yakni reaksi terkondisi yang menyertai suatu objek
d.      Vedana : perasaan ,aneka penginderaan yang dibangkitkan oleh objek itu.
e.       Ekaggata : keterarahan kepada satu titik,yakni pemusatan kesadaran.
f.       Manasikara : perhatian spontan ,yakni pengarahan perhatian yang tidak disengaja karena daya tarik dari objek
g.      Jivitindriya : energy psikis,yang member vitalitas dan mempersatukan keenam factor jiwa lainnya. (hall,p.241)
Factor-faktor tersebut merupakan sejenis kerangka dasar kesadaran tempat tertanamnya factor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat.kombinasi khusus factor –faktor tersebut berbeda-beda dari momen ke momen.
FAKTOR-FAKTOR JIWA TIDAK SEHAT
A.    Beberapa contoh factor tidak sehatnya pada jiwa dari kelompok koqnitif ,antara lain sbb:
1.      Moha : delusi,bersifat perceptual ,sentral,yakni kegelapan jiwa,penyebab persepsi salah pada objek kesadaran.
2.      Aditthi : pandangan salah ,pemahaman tidak tepat karena pengaruh delusi.karena pandangan atau pemahaman salah ,maka semua yang tertuju menjadi tidak menyenangkan .misalnya ,pandangan diri sebagai yang tetap model barat,secara timur hal-hal tersebut adalah aditthi.
3.      Vicikiccha : kebingungan, mencerminkan ketidak mampuan untuk menentukan atau membuat suatu keputusan yang tepat.
4.      Ahirika : sikap tidak tahu
5.      Anottapa : tanpa belas kasihan, bengis,kejam,sadis.
6.      Mana : egoism,egoistis, mementingkan diri sendiri
B.     Sedangkan yang termasuk dalam kelompok afektif ialah :
7.      Uddhacca : keresahan , rasa tidak tentram
8.      Kukkucca : kekhawatiran, yakni keadaan bingung, linglung,penyesalan.
9.      Lobha : tamak, rakus serakah.
10.  Macchariya : kekikiran , pelit .
11.  Issa : iri hati, menyebabkan keterikatan pada objek
12.  Dosa : kemuakan, merupakan sisi negatifnya dan selalu berhubungan dengan delusi .
13.  Thina : kontraksi , pengerutan, kejang-kejang,gemetar
14.  Middha : kebekuan,sikap dingin .
Factor-faktor tersebut penyebab jiwa menjadi kaku, tidak luwes, dan jika dominan maka orang menjadi lamban.
Factor-faktor jiwa sehat bersifat polar dengan lawannya. Jalan tengah tidak ada. Prinsip polar tersebut dijadikan cara untuk membuat jiwa yang sehat, yakni mengganti factor-factor tidak sehat. Hal ini merupakan prinsip resiprokal yang menghambat timbale balik .
Sementara itu berapa factor jiwa sehat dari kognitif ialah sebagai berikut :
a.       Panna : pemahaman, insight , lawan dari delusi, persepsi yang jelas. Panna dan moha tidak dapat hadir bersama .
b.      Sati : sikap penuh perhatikan, mind fulnness , pemahaman yang jelas dan kontinyu pada objek. Panna dan sati menyebabkan orang menjadi tenang selalu, dapat untuk menekan semua factor tidak sehat.
c.       Hiri : rendah hati , menghambat tidak tahu malu .
d.      Ottappa : sikap penuh hati-hati , sikap tanpa penyesalan .
e.       Cittujjukata : kejujuran, gandengan dari ottappa ( kejujuran )
f.       Saddaha : kepercayaan , yakni kepastian berdasarkan pada persepsi yang tepat . kombinasi dari hiri, ottapa , cittjjukata dan saddha.


III.      DINAMIKA KEPRIBADIAN
            Dinamika Kepribadian adalah gerak kebribadian yang terjelma dalam tingkah laku, baik yang nampak maupun yang tidak nampak, ini terjadi karena adanya faktor jiwa yang sehat dan tidak sehat.
            Beberapa contoh interaksi berbagai faktor jiwa dan bagaimana perilaku yang terjadi, atau mennyebabkan sifat-sifat tingkah laku tertentu, adalah sebagai berikut :
a.       Kelompok faktor tidak sehat yang terdiri dari ketamakan,kekikiran, irihati, dan kemuakan di lawan oleh faktor seperti alobha, adosa, tatramajjhata, passadhi, mencari ketenangan fisik dan jiwa yang terjadi karena berkurangnya perasaan keterikatan.
b.      Sikap alobha,adosa,tatramajjhata,passadhi menggantika sikap rakus, atau sebaliknya, sikap menolak, dengan sikap penuh perhatian terhadap apa saja yang mungkin timbul dalam kesadaran orsng menyebabkan timbulnya sikap menerima apa adanya.
c.       Faktor tidak sehat sikap egoisme,irihati, kemuakan, menyebabkan orang haus atau mendambakan pekerjaan yang terpandang, tinggi dan mewah, atau irihati terhadap orang lain yang mempunyai pekerjaan.
d.      Sebaiknya, sikap-sikap tenang, bebas, ketidakmuakan, netral, menyebabkan orang menimbang keuntungan-keuntungan berupa upah dan prestasi dengan keinginan seperti tekanan dan ketegangan yang lebih besar.
e.       Jika faktor ahuta, muduta, paqunnata, muncu pada perilaku, maka sesseorang akan berfikir dan bertindak dengan leluasa dan mudah, mewujudkan keterampilan-keterampilannya secara maksimal.
f.       Faktor tersebut menekan faktor kontraksi dan kebekuan yang tidak sehat itu, yang menguasai jiwa dalam keadaan tertentu seperti depresi.


IV.      PSIKODINAMIKA ABHIDHAMMA
            Psikodinamika dapat terjadi karena interaksi antara faktor jiwa dengan mekanisme sebagai berikut :
a.       Faktor-faktor jiwa yang sehat dan tidak saling menghambat.
b.      Tidak selalu terdapat hubungan satu lawan satu antara sepasang faktor-faktor sehat dan tidak sehat.
c.       Kehadiran yang satu menekan faktor tandingnya.
d.      Dalam faktor yang sehat akan menghambat sekumpulan faktor yang tidak sehat.
e.       Dalam setiap keadaan jiwa tertentu, faktor yang membentuk keadaan jiwa.
f.       Faktor apa saja yang paling kuat akan menentukan bagaimana seseorang mengalami dan bertindak dalam suatu momen tertentu.
            Daftar sifat-sifat kepribadian menurut faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat sebagai berikut :
a.       Perseptual (kognitif)
1.      Pemahaman (insight) : Delusi
2.      Sikap penuh perhatian : Pandangan yang salah
3.      Sikap rendah hati : Sikap tak tahu malu
4.      Sikap penuh hati-hati : kecerobohan
5.      Kepercayaan : Egois
b.      Afektif
1.      Ketenangan : keresahan
2.      Ketidak-terikatan : ketamakan
3.      Ketidak-muakan : kemuakan
4.      Kenetralan : Iri hati
5.      Kegembiraan : kekikiran
6.      Fleksibilitas : kekhawatiran
7.      Kemampuan adaptasi : pengerutan
8.      Kecakapan : kebekuan
9.      Kejujuran : kebingungan.

V.          TIPE-TIPE KEPRIBADIAN
Mengenai bagaimana  timbunya beberapa tipe kepribadian menurut ajaran Abhidhamma adaah sebagai berikut:
1.      Bahwa tipe-tipe kepribadian menurut Abhidhamma, secara langsung diturunkan dari prinsip bahwa faktor-faktor jiwa muncul dalam kekuatan yang berbeda-beda.
2.      Motif pada manusia berasal dari analisis mengenai faktor-faktor jiwa dan pengaruh fakor-faktor tersebut pada tingkah laku. Motif itu menentukan keadaan jiwa seseorang untuk mencari sesuatu atau menjauhinya.
3.      Buku Visuddhimagga (Buddhaghosa, 1976), merupakan pedoman untuk meditasi sesuai dengan ajaran Abhidhamma abad kelima Masehi.
Tipe-tipe manusia menurut Visudhimagga antara ain ialah:
a.       Tipe orang suka kenikmatan: berpenampilan menarik, sopan dan menjawab dengan hormat jika disapa. Mereka melakukan tugas-tugas mereka dengan seni, rapi, sangat berhati-hati. Jika melihat objek yang menyenagkan, mereka akan berhati-hati untuk mengaguminya, terpesona oleh tindakan, dan tidak memperhatikan kekurangannya. Jika mereka meninggalakan objek yang yang indah dengan rasa sesal.
b.      Tipe orang pembenci: berdiri dengan kaku, tempat tidur dibereskan dengan serampangan dan tergesa-gesa, berdiri dengan tegang, dan marah jika dibangunkan. Jika bekerja, mereka kasar dan sembrono, jika menyapu berbunyi keras dan gaduh. Berpakaian ketat dan tidak rapi. Senang pada makanan pedas dan asam, makan tergesa-gesa dan tidak memperhatikan cita rasa, tidak suka makanan hambar. Mereka tidak tertarik pada objek-objek yang indah, memperhatikan kekurangan sampai yang kecil-kecil, sementara mengabaikan kebaikan-kebaikannnya, sering marah, penuh kebencian, kejam, mudah iri hati dan kikir.
c.       Tipe orang delusi, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.      Pakaiannya compang-camping, benangnya berselawiran, kasar seperti rami,berat dan tidak enak dipakai.
2.      Mangkuknya dari tanah liat yang buruk atau mangkuk logam yang berat, bentuknya tidak serasi, memuakkan,tidak rata, tidak ada di desa sekitarnya.
3.      Desa yang cocok adalah desa yang tidak teratur, orangnya lalu-lalang seolah-olah tidak melihatnya.
4.      Orang yang menyalaminya adalah orang-orang yang kasar, kotor, tak sedap dipandang mata, makanan kotor, berbau dan menjijikkan.
5.      Makannya bubur yang telah hancur, dadih basi (langit-langit susu), bubur yang asam, kari dari sayuran tua-tua, atau apa saja asal dapat mengisi perut. Mengisi mulut sepenuh-penuhnya, ceroboh, mengotori muka (dalam bahasa jawa gabres).
6.      Cara berdiri seenaknya, suka tidur terlentang, bangun lamban, suka menggerutu, banyak keluh kesah, tempat tidur tidak rapi.
7.      Sebagai pekerja mereka tidak terampil, jorok, mereka menyapu dengan kaku dan serampangan, tidak bersih.
8.      Mereka tidak mempunyai ide baik atau jelek pada benda, percaya saja apa yang dikatakan oleh orang lain, lalu turut memuja atau mencelanya.
9.      Sering berkelakuan malas, kaku, kacau, mudah menyerah, dan bingung, dapat juga keras kepala dan bandel.
Tujuannya untuk melatih mengalahkan gejala- gejala psikologis yang dominan dengan demikian menjadikan jiwa mereka seimbang, sehingga dapat disebut manusia yang harmonis.
Sebaliknya, kondisi-kondisi untuk tipe orang penuh kebencian, semuanya dibuat serba seenak dan semudah mungkin. Bagi tipe delusi, segala sesuatunya harus dibuat sederhana dan jelas, menyenangkan serta enak, seperti kondisi untuk tipe penuh kebencian.
            Kepribadian Sehat dan Gangguan Jiwa.
Definisi operasional Kepribadian dapat dirumuskansebagai berikut :
1.      Pribadi sehat : Tidak ada faktor-faktor tidak sehat atau selalu ada faktor sehat.
2.      Jiwa  terganggu : Ada faktor jiwa tidak sehat. Gangguan jiwa timbul karena faktor tidak sehat menguasai kejiwaan seseorang.
3.      Kriterium untuk kesehatan jiwa : Adanya faktor-faktor yang sehat dan ketiadaan faktor-faktor yang tidak sehat dalam sistem pengelolaan sumber daya psikologis seseorang.
Beberapa contoh faktor sehat :
1.      Karuna : Kebaikan hati yang penuh kasih.
2.      Mudita : merasakan nikmat dalam kebahagiaan orang lain.
3.      Dalam kitab suci Buddha ada disebut oleh Buddha : “ semua orang yang tertarik hal-hal duniawi adalah gila”.
4.      Annusaya : kecenderungan-kecenderungan laten dari jiwa mengarah ke keadaan-keadaan jiwa tidak sehat.
5.      Meditasi : Sarana menuju Kepribadian Sehat.

VI.      MENGEMBANGKAN KESEHATAN JIWA DAN KEPRIBADIAN
            Setelah orang mengetahui faktor-faktor sehat dan tidak sehat jiwa maka dapat merasakan sendiri. Strategi untuk mencapai keadaan-keadaan jiwa sehat buka berupa usaha langsung mencari ataupun menunjukan sikap muak terhadap keadaan-keadaan tidak sehat. Pedekatan yang dianjurkan adalah melakukan meditasi atau samadi.
            Kegiatan meditasi ada dua cara, yaitu meditasi dengan terkonsentrasikan dan metode meditasi dengan sikap netral terhadap apa saja ang muncul dan hilang dalam arus kesadaran. Metode pertama disebut metode konsentrasi dan metode kedua disebut metode dengan sikap penuh perhatian.

A.    Meditasi Dengan Konstrasi
Metode meditasi dengan konsemtrasi adalah seserorang yang melakukan meditasi (meditator) berusaha untk mengarahkan perhatian kepada hanya satu objek atau satu titik pusat. Selama mengembangka meditasi, meditator berusaha melampaui apa yang biasanya kita anggap sebagai batas- batas normal untuk mempertahankan  hanya satu objek dalam kesadaran. Setelah mempertahankan satu pikira dalam kesadaran William James menyatakan bahwa : “Mungkin tidak seorang pun dapat secara terus menerus mempertahankan suatu objek yang tidak berubah”. Dan memang itulah tujuan meditasi. Konsentrasi pada faktor sehat mempermudah mencapai konsentrasi yang semakin mendalam. Semakin mendalam konsentrasi, maka jiwa meditator makin stabil, dan faktor-faktor tidak sehat dapat ditekan.
Faktor –faktor yang mempercepat konsentrasi adalah :
a.       Vicara dan Vitakka : artinya perhatian yang diterapkan dan dipertahankan, memusatkan perhatian hanya pada satu objek secara terus menerus.
b.      Piti : perasaan  perasaan terpesona
c.       Virinya : energi, tenaga
d.      Uphekka : ketenangan hati
Tingkatan samadi melalui dua cara, yaitu :
1.      Konsentrasi : pada tingkatan ini membangun ketenangan hati. Yang disebut konsentrasi adalah sebagai “jalan masuk”, keadaan faktor-faktor ini akan berfluktuasi. Dengan konsentrasi terus menerus pada satu objek, fluktuasi akan berubah menjadi stabilitas.
2.      Jhana : keadaan diluar kesadaran. Dalam beberapa tradisi Budha dan Hindu disebut samadi. Dalam jhana persepsi-persepsi dan pikiran-pikiran normal berhenti sama sekali.
Tingkatan Jhana ada beberapa macam yang menggambarkan bahwa tingkatan samadi semakin mendalam paa jhana-jhana berikutnya. Dalam jhana pertama, meditator secara total terarah pada satu objek, sehingga jiwa seperti melebur di dalamnya. Rasa lebur dibarengi oleh kebahagiaan, perasaan terpesona, dan lenyapnya semua pikiran dan perasaan lain dari jiwa.
Pada jhana-jhana yang makin tinggi, perasaan bahagia akan digantikan oleh ketenangan batin yang kuat. Saat keluar dari jhana akan diikuti oleh perasaan senang, dimana faktor tidak sehat akan terhambat dan faktor sehat akan berkuasa. Kalau jhana semakin dalam, maka penghilangan faktor jiwa tidak sehat semakin efisien. Jika pengaruh-pengaruh dari jhana menghilang, maka faktor-faktor tidak sehat akan kembali mengusai jiwa meditator.
B.     Jalan Menuju Perubahan Kepibadian 
Pada  metode meditasi dengan sikap penuh perhatian, meditator  tidak perlu mengatur arus kesadaran. Dengan metode ini, meditator berusaha mancapai kesadaran penuh kepada setiap dan semua isi jiwa. Meditator tidak membiarkan perhatiannya terpusat pada pikiran atau perasaan tertentu, tetapi berusaha mempertahankan sikap menjadi “saksi” yang netral terhadap semua itu.
Dalam tahap permulaan, metode ini memerlukan sikap penuh, dimana meditator menghadapi setiap oengalaman, setiap peristiwa kejiwaan, seolah-olah semua itu baru terjadi untuk pertama kalinya. Ia membatasi perhatiannya sekesar untuk mencatat setiap momen kesadaran secara berturut-turut. Jika kemudian muncul rentetan hubungan atau asosiasi, kategorisasi, atau reaksi spesifik dalam jiwa, meditator memperlakukan hal itu sebagai objek perhatian samata-mata. Meditator tidak menolak dan tidak mengejarnya, tetapi setelah hal-hal tersebut tercatat lalu dikeluarkan dari kesadaran. Meditator akan terus menerus terseret ke dalam suatu rentetan pikiran, membiarkan sikap penuh perhatian menjadi buyar.
Sikap penuh perhatian akan bekerja sangat baik, jka konsentrasi meditator cukup kuat, agar jiwa selalu siap mencatat persepsi dan pikiran. Tetapi konsentrasi tersebut tidak boleh terlalu kuat,sampai-sampai proses ini terhenti. Jika sikap penuh perhatian miningkat, maka ilusi normal tentang kontinuitas jiwa dan pikiran logis didapatkan, orang mulai menyadari satuan-satuan acak terpisah-pisah sehingga jiwa terus menerus membangun suatu kenyataan.
Dalam samadi dengan penuh perhatian, terdapat tiga tingkat, ialah :
1.      Tahap Vipassana
Dimana sikap penuh perhatian begitu kuat, sampai membentuk kesinambungan dan masuk pada tahap kedua dalam proses meditasi yang disebut tahap pemahaman (insight) atau vipassana. Datangnya vipassana ditandai dengan persepsi yang semakin halus dan semakin tepat pada semua macam kegiatan kejiwaan. Meditator menyadari bahwa jiwanya terus-menerus berubah. Jiwa yang selalu berubah dan impersonal ini menyebabkan orang ingin melarikan diri. Akhirnya vipassana atau insight mencapai puncaknya disebut dengan nibbhana, jika semua proses kejiwaan berhenti secara total disebut dengan nirvanik yang bersifat nirvana.
2.      Tahap Nirvana
Dalam tahap nirvana tidak mengalami kebahagiaan dan ketenangan hati. Nirvana adalah keadaan yang lebih hampa dari pada jhana. Dalam abhidhamma bahwa tahap nirvana mengubah keadaan jiwa seseorang secara radikal dan kekal. Dengan melaksanakan samadi dengan penuh perhatian menuju vipassana (insight) atau pemahaman terus masuk ke nirvana adalah jalan menuju kepribadian yang sehat. Meskipun nirvana merupakan suatu langkah kunci, namun bukan merupakan akhir dari jalan Abhidhamma. Jika jalan jhana mempunyai pengaruh bagi kepribadian seseorang maka pengaruh nirvana tidak terusik lagi. Pengalaman pertama bagi meditator nirvana akan memulai gerak perubahan yang pada akhirnya dapat membawa ke titik lenyapnya faktor-faktor tidak sehat. Meditator nirvana dapat membawa semua annusaya yaitu kecenderungan-kecenderungan laten yang secara potensial dapat menyebabkan ketidaksehatan jiwa.
3.      Tahap Arahat
Tingkat arahat adalah tingkat ideal kepribadian sehat. Arahat merupakan hakikat dari kesehatan jiwa dan kepribadian manusia menurut Abhidhamma. Sifat-sifat kepribadian seorang arahat diubah secara permanen atau tetap. Bahwa semua motif, persepsi, atau perbuatan yang dibawah pengaruh faktor tidak sehat akan lenyap. Artinya semua motif, persepsi dan perbuatan orang arahat di bawah pengaruh faktor jiwa yang sehat.
Rune Johansson, dalam bukunya The Psychology of Nirvana (1970), telah memilih dari sumber-sumber Abhidhamma sifat-sifat kepribadian arahat. Daftar sifat-sifat dikemukakannya dengan mencakup dua hal, ialah :
1.      Sifat bebas dari :
a.       Ketamakan terhadap hasrat-hasrat indera.
b.      Kecemasan, kebencian dan anekamacam ketakuatan.
c.       Aneka dogmatisme seperti keyakinan bahwa inilah kebenaran.
d.      Kemuakan terhadap kondisi-kondisi seperti kehilangan, dipermalukan, rasa sakit atau dipersalahkan.
e.       Perasaan-perasaan hawa nafsu atau marah.
f.       Pengalaman-pengalaman penderitaan.
g.      Kebutuhan akan peneguhan, kenikmatan atau pujian.
h.      Keinginan akan sesuatu untuk diri sendiri melebihi hal-hal yang pokok dan diperlukan.
2.      Sifat kaya dengan:
a.       Sikap netral terhadap orang-orang lain dan tenang dalam semua situasi.
b.      Kesiap-siagaan dan gembira dalam menghadap pengalaman apa saja, secara tenang tidak terpikir apakah pengalaman itu biasa atau bahkan membosankan.
c.       Perasaan-perasaan belas kasihan yang kuat dan kebaikan hati yang penuh kasih.
d.      Persepsi-persepsi yang cepat dan tepat.
e.       Ketenangan dan ketrampilan dalam bertindak atau berbuat.
f.       Keterbukaan terhadap sesamanya.
g.      kepekaan terhadap kebutuhan orang lain (kepedulian sosial).


        VII. TENTANG MIMPI
Abhidhamma mengatakan bahwa mimpi adalah sifat istimewa lain dari aharat. Ada empat  macam tipe mimpi pada manusia, yakni:
1.      Tipe pertama, mimpi yang disebabkan oleh sejenis gangguan pada organ atau otot, dan biasanya menyangkut suatu persaan fisik yang menakutkan, misalnya jatuh, terbang, atau dikejar-kejar harimau. Bermacam-macam mimpi buruktermasuk tipe mimpi ini.
2.      Tipe kedua, mimpi yang ada hubungannya dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan orang pada siang harinya, dan menggemakan pengalaman-pengalaman yang sudah berlalau tersebut. Mimpi semacam ini kerap terjadi.
3.      Tipe ketiga, mimpi tentang suatu peristiwa actual sebagai mana peristiwa itu terjadi, mirip dengan prinsip sinkronitas pada pendapat C.G.Jung.
4.      Tipe keempat, mimpi yang bersifat waskita (clairvoyant), suatu ramalan yang tepat tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Jika seorang arahat bermimpi maka mimpinya ituselalu bersifat waskita (Van Aung, 1972).
Sang Buddha sendiri mahir dalam menginterpretasikan lambing-lambang dalam mimpinya, meskipun tidak ada system yang formal untuk analisis simbolik dalam Abhidhamma. Buddha Gautama juga mengalami sederetan mimpi sebelum menerima pencerahan atau sinar Buddha. Mimpinya tersebut meramalkan pencerahan Buddha Gautama dalam mendapatkan boddhi.
Tingkat kepribadian arahat pada Abhidhamma tidak ada pada teori kepribadian psikologi Barat. Tingakat arahat merupakan hal yang cukup umum pada psikologi timur terutama dalam ajaran olah kejiwaan. Pada arahat sangat istimewa, merupakan prototipe kepribadian orang yang tidak ada pada kepribadian dan prototipe di barat.
Arahat sebagai model pribadi sehat ia kekurangan banyak sifat yang mereka asumsikan intrinsic dalam kodrat manusia. Mungkin ide pribadi arahat semakna dengan konsep Maslow atau Rogers sebagai pribadi yang dapat teraktualisasi penuh. Menurut pendapat penulis, pribadi arahat yang mencapai nirvana memang secara aktualitatif lebih tinggi dari pada pribadi ideal yang teraktualisir model Maslow, sebab pribadi arahat telah melampaui dunia fenomenal ini, jadi sudah transcendental.Dalam ajaran agama lain tidak ada ajaran kejiwaan seperti samadi dalam Buddhisme. Dan memang, kegiatan samadi atau meditasi tidak seperti semalam jadi, tetapi memerlukan latihan-latihan yang serius dan lama. Contohnya adalah Buddha Gautama dan para Bhikku pengikutnya.
















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Psikologi Abhidhamma pada hakikatnya bersifat fenomenologis, yakni suatu teori deskriptif tentang keadaan-keadaan internal. Hanya orang-orang yang telah menghayati latihan yang dipersyaratkan dan pengalaman sesudahnya akan benar-benar dapat menguji teori tersebut. Abhidhamma, ketika membahas keadaan-keadaan di luar kesadaran dalam meditasi, juga merupakan ”ilmu tentang keadaan-khusus” menurut definisi yang dikemukakan Tart (1972): pokok pengetahuan yang diperoleh lewat analisis, eksperimen, dan komunikasi dengan suatu keadaan khusus dalam hal ini, keadaan bermeditasi. Bahaya utama dari teori-teori fenomenologis dan ilmu-ilmu pengetahuan tentang keadaan khusus adalah penipuan diri sendiri. Seseorang mungkin merasa yakin bahwa pengalamannya begini atau begitu, sedangkan sesungguhnya lain. sepanjang tidak ada bukti lain untuk mengoreksi orang tersebut, maka kesalahannya akan terus dipertahankan.
            Karena alasan ini, suatu teori seperti Abhidhamma ini membutuhkan pengujian-pengujian terhadap hipotesis-hipotesisnya sejauh prediksi-prediksinya memang dapat diverifikasikan dari segi pandangan pengamat dari luar (Barat). Hal ini relatif sulit dilakukan terhadap perubahan-perubahan dari faktor-faktor jiwa seseorang yang bersifat terus menerus dari saat ke saat dan tidak kentara. Akan tetapi ada kemungkinan menguji gambaran-gambaran Abhidhamma tentang perubahan-perubahan yang terjadi akibat keterpusatan perhatian pada satu titik di satu pihak, atau akibat sikap penuh perhatian yang bersifat sistematik di pihak lain. Dalam hal ini, gambaran-gambaran Abhidhamma tentang jhana adalah keadaan-keadaan di luar kesadaran yang hanya terjadi selama praktik meditasi itu sendiri. Sementara sifat-sifat arahat mencerminkan pengaruh-pengaruh sifat, yakni perubahan-perubahan kepribadian yang mengiringi peralihan ke keadaan di luar kesadaran yang berlangsung lama, yang terus bertahan terlepas dari meditasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
            Ki Fudyartanto. Psikologi Kepribadian Timur. 2003. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.