KEGAGAPAN
Proses
belajar berbicara hampir sama dengan proses berjalan, kedua proses tersebut
dalam tingkatan kecepatan mereka masing-masing, sebagian anak akan berjalan
dengan tegap melintasi ruang santai kedalam pelukan papa atau mama nya tanpa
hambatan, dan sebagian akan jatuh menangis pada langkah ketiga. Demikian pula,
ada sebagian anak yang mampu berceloteh dengan lebih mudah dan lebih cepat
dibandingkan anak-anak lain yang terlihat sangat kesulitan dalam merangkai dan
mengartikulasikan bunyi asing yang disebut dengan kata. GAGAP merupakan cacat
pada kefasihan berbicara yang ditandai dengan pengulangan bunyi konsonan dan
vokal dan atau perpanjangan suku kata merupakan
hal yang umum dari perjuangan tersebut.
Terkadang
pembicaraan seorang anak yang gagap benar-benar akan terhambat, pada saat-saat
lain ada keraguan yang ringan dan menengah. Sebagian besar kegagapan mulai
muncul diawal masa kanak-kanak dan akan memuncak di sekitar usia tiga sampai
empat serengah tahun. Lebih dari 99% anak-anak tak lagi gagap saat mereka
menginjak usia remaja. Ada banyak teori apa penyebab kegagapan, ada yang
beranggapan hal tersebut merupakan sebuah gangguan neurotik, ada juga yang
melihatnya sebagai dampak dari konflik keluarga. Tetapi beberapa penelitian
terkini sepertinya menunjukan bahwa akar permasalahan tersebut bisa jadi
biologis.
Anak-anak yang kesulitan berbicara
Janey
yang berusia sembilan tahun sesungguhnya tidak memiliki masalah apa-apa ketika
harus berbicara dengan orangtua dan kakak-adiknya dirumah, namun setiap ia melangakahkan
kaki keluar rumah, ia akan segera menjadi anak yang sangat pendiam, serta merta
menjadi bisu. Ini apa yang dilakukan nya disebut dengan kebisuan selektif.
Anak-anak tersebut bisa jadi akan menolak berbicara dengan siapapun diluar
rumah atau saat disekolah, atau menolak berbicara kepada orang dewasa selain
orang tuanya.
Kebisuan selektif pada anak-anak
serta sejarah menyeluruh yang didapatkan dari orangtua mereka biasanya
menunjukan bahwa meraka selalu bersikap segan, malu-malu, serta menarik diri
dan cenderung akan mengisolasi diri dari interaksi sosial apapun. Sebagian akan
sangat tergantung pada ibunya, sebagian akan mengalai ketakutan-ketakutan
irrasional(fobia). Secara keseluruhan, anak-anak yang mengalami masalah
kebisuan selektif akan terlihat sedikit terbelakang secara sosial atau kurang
dewasa dibandingkan teman-teman sebayanya. Bahkan banyak diantara mereka yang
mengalami masalah mengompol dan buang air besar dicelana.Kebisuan mereka
biasanya mulai secara perlahan-lahan dan kemudian akan semakin membesar, ada
beberapa kasus yang jarang dimana kebisuan berkembang secara dramatis dan
kalaupun hal ini yang terjadi biasanya alasan mendasari hal tersebut merupakan
alasan yang sangat kuat, sebuah keadaan penuh strees yang tiba-tiba misalnya pelecehan
seksual atau kekerasan fisik, kematian teman dekat atau anggota keluarga
ataupun perpisahan secara paksa dengan orang yang disayangi nya.
Yang harus anda lakukan
Orang tua yang memiliki anak yang
mengalami kebisuan selektif diluar rumah adalah berhenti mencari sumber masalah
maupun solusi di luar rumah mereka sendiri. Hampir semua gejala dramtis ini
harus diperlakukan sebagai sebuah tanda bahwa anda harus menelidiki pola jaln
dalam keluarga anda sendiri, dengan memberikan perhatian khusus pada pola
relasi anak anda dengan seluruh anggota keluarga
Sebagian besar anak yang mengalami
kebisuan selektif akan membaik pada saat mereka menginjak usia sepuluh tahun,
jika masalah ini masih berlangsung lebih lama dari batasan usia tersebut, maka
masalah yang ada bisa jadi akan jatuh jauh lebih serius.
Bebrapa perawatan yang disarankan
dan terbukti memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi adalah :
·
Psikoterapi
individual
·
Psikoterapi
keluarga
·
Terapi
bicara bagi beberapa anak yang juga memiliki gangguan bicara
·
Medikasi
antidepressant
Ganguan Bahasa
Bahasa jelas sekali telah mempersatukan
orangtua dan anak dalam sebuah cara baru yang meriangkan, bayi seolah-olah
berubah menjadi “manusia sejati” saat mereka beusaha berbicara, fakta bahwa
kekawatiran sedemikian hampir selalu tidak beralasan, meskipun perkembangan
bahasa pada anak-anak (sebagaimana keterampilan-keterampialan fundamental yang
lain) memiliki beberapa karakteristik tertentu secara umum berlaku pada hampir
semua anak usia dan interval yang hampir sama, perkembangan ini juga merupakan
sebuah proses yang unik yang berlangsung pada masing-masing individu.
Kita belum sepenuhnya mengetahui semua
variabel yang menunjukan perbedaan-perbedaan individual dalamn perkembangan
bahasa, namun setidaknya kita sudah mengetahuinnya bahwa lingkungan verbal dan
non-verbal awal bagi sang anak memiliki peran yang sangat penting, sebagiamana
anak-anak yang diajak berbicara dan menikmati lingkungan fisik dan emosional
yang sehat akan cenderung akan berkembang secara verbal dalam kecepatan optimal
dan kemungkinan anak akan tumbuh dengan kemampuan berbicara yang lebih cepat
dan lebih fasih.
Perlu kita
ingat bahwa sebagian besar masalah atau hambatan yang tercantum dalam jadwal
berikut secara umum akan membaik dengan sendirinya.
·
Sebagian
besar bayi akan mulai tersenyum saat ia menginjak usia dua atau tiga bulan,
ketawa kecil pada usia tiga setengah bulan, merespon suara pada usia lima bulan
dan mengoceh saat ia menginjak usia enam bulan.
·
Pada
saat ia menginjak sepuluh atau duabelas bulan, anak-anak mulai mengenal beberpa
patah kata dan jumlah ini akan berkembang menjadi ribuan kata pada usia tiga
setengah hingga lima tahun.
·
Pada
usia dua tahun, sebagian besar anak sudah mampu merangkai kalimat yang terdiri
dari dua patah kata dan pada saat ulang tahun ketiga berkembang hingga tiga
patah kata.
·
Pada
saat usia empat tahun anak-anak akan mampu menggunakan beraneka bentuk kalimat.
·
Pada
usia lima tahun 95 % anak-anak akan mengalami sedikit masalah atau tidak sma
sekali menyangkut pemahaman dan ekspresi bahasa.
Cara mengenali masalah
Perhatikan daftar tanda-tanda peringatan umum berikut :
·
Sang
anak hanya mampu mengahapal jumlah kata sangat sedikit pada saat ia beusia
delapanbelas atau sembilanbelas bulan.
·
Sang
anak sepertinya tidak memiliki pemahaman apapun terhadap bahasa verbal pada
saat ia menginjak usia delapanbelas tahun.
·
Sang
anak akan memiliki hambatan atau masalah bahasa yang tidak bisa misalnya,
secara kronis menggunakan struktur bahasa atau kata ganti yang aneh, usaha
konsisten dalam kata keliru yang masih berlangsung setelah berusia delapanbelas
tahun
·
Sang
anak tidak bisa menunjikan bagian tubuh yang ditanyakan pada nya saat ia sudah
berusia duabelas bulan
·
Sang
anak tidak bisa merangkai kata saat ia beranjak usia dua setangah tahun
·
Anak
akan mengalami masalah artikulasi saat beranjak usia emapat setengah tahun
Dalam merespon tanda-tanda tersebut
diatas seorang ahli bisanya terlebih dahulu akan mengenali sebab-sebab biologis
fatal, dan jarang sekali terjadi yang bisa mengganggu perkembangan bahasa,
misal ketulian bawaan sejak lahir, infeksi kronis yang menyebabkan ketulian
sementara, ketulian persial atau justru ketulian total,cacat otak bawaan sejak
lahir dan masalah neurologis yang diwarisi.
Gangguan Artikulasi
gangguan
artikulasi jelas sekali merupakan penyebab masalah komunikasi yang paling umum
terjadi pada anak-anak, hingga 20% anak-anak pada pra-sekolah mengalami
beberapa kesulitan dalam artikulasi. Gangguan ini secara resmi digambarkan
sebagia sebuah kegeglan dalam menghasilkan bunyi ucapan yang sesuai, sebagian
anak yang mengalami gangguan artikulasi ini akan menggantikan sebuah bunyi
huruf dengan huruf lain( contoh : melafalkan s dengan c), sementara anak lain
akan membuang salah satu suku kata, menghentikan suku kata atau bahkan sama
sekali menghentikan bunyi dari sebuah kata.
Sebagian
besar anak-anak yang mengidap gangguan ini biasanya baru akan diketahui pada
saat mereka menginjak usia 4 tahun, karena pada saat usia ini anak-anak sudah
bisa berbicara dengan cukup fasih, tetapi diagnosa tesebut bisa dilakukan lebih
dini jika memang ganguan tersebut sangatlah parah. Gangguan ini sering kali dan
hampir selalu muncul bersama dengan gangguan bahasa, tapi jarang sekali
gangguan ini muncul secara sendiri-sendiri.sering kali sulit bagi kita
membedakan sebuah gangguan bahasa dengan sebuah gangguan artikulasi untuk
melakukan sebuah diagnosa dan menyarankan perawatan yang tepat, dibutuhkan
usaha seorang ahli dalam bidang ini sendiri.
MENGOMPOL
Hampir
tidak ada anak yang bisa melalui masa ini tanapa setidaknya sebentuk penolakan,
kecemasan atau kemarahan, meskipun pada usia 3 tahun mereka mau tak mau harus
belajar bagaimana cara menggunakan toilet, untungnya lebih dari 90% anak akan
mampu mengontrol sistem buang air kecil pada saat sudah menginjak usia 5 tahun.
Ada
dua buah kategori tukang ngompol, pertama, mengompol yang ditujukan oleh anak
yang memang masih belum mampu mengontrol kandung kemihnya pada saat ia sudah
menginjak usia 5 tahun. Kedua, berhubungan dengan anak yang sudah pernah
belajar latihan buang air pada saat usia tiga atau empat tahun, namun mulai
mengompol ditempat tidur atau dicelana antara usia empat sampai delapan tahun.
Meskipun
kita belum sepenuhnya mengetahui seluruh penyebab terjadinya mengompol,
setidaknya kita kita sudah memahami bahwa anak-anak yang mengompol kategori
kedua seringkali membasahi tempat tidur atau celananya atau mengompol dimalam
hari, tejadi jauh lebih umum terjadi dibandingkan dengan mengompol dicelana
yang juga dikenal dengan diural
eneuresis. Akiabat dari strees terkadang disebabkan oleh sebentuk
trauma semisal kelahiran seorang adik, terkadang oleh pelecehan seksual,
terkadang lagi akibat dari trauma fisik semisal sedera kepala, kecenderungan
mengompol bisa jadi merupakan masalah yang diwariskan. Jarang sekali ditemukan
kasus dimana penyebabnya adalah masalah biologis, misalnya kandung kemih yang
tak mampu menampung jumlah urine yang normal, cacat halus di otot dinding
kantung kemih, dan kemungkinan beberapa variasi dalam apa yang disebut circadian rhythms ( perubahan jasmaniah
pada waktu-waktu tertentu pada siang atau malam hari.Mengompol biasanya akan
membuat orangtua dan anak menjadi sama-sama jengkel, marah mereka beranggapan
anak meraka mengompol dengan sengaja.
Buang air besar di celana
Ada
dua kategori encopresis atau buang
air besar celana secara klinis digambarkan sebagai perilaku berulang membuang
kotoran yang tidak pada tempatnya, dan tempat yang paling umum adalah celana,
1). Buang air besar di celana yang dilakukan
oleh anak-anak yang memang belum memiliki kontrol pada pergerakan usus
besarnya, dan 2). Encopresis pada \anak-anak yang sudah
pernah memiliki kemampuan untuk mengontrol usus besar dan isi perutnya, namun
kemuadian ia kehilangan kemampuan tersebut.
Hingga
pada usia kira-kira empat tahun kecelakaan buang air besar di celana akan
terjadi pada hampir semua anak, pada kenyataannya ada banyak anak yang berusia
empat tahun yang tetap mengalami kecelakaan ini dan ia tetap belim bisa
didiagnosa mengidap encopresis, hingga ia mengalami setridaknya ia mengalami
satu kali buang air besar di celana dalam satu bulan, selama kurun waktu 3
bulan berturut-turut.
Sebagian
anak-anak yang mengidap encopresis merasa
malu atas hal tersebut, dan mereka sering kali menyembunyikan celana mereka,
dan mereka memiliki bau yang tak enak. Sehingga sering mereka diejek-ejek oelh
teman mereka disekolah dan memanggilnya denagn julukan yang tidak menyenangkan.
Kita
belum sepenuhnya mengetahui alasan dari kemunculan encopresis, terkadang
dihubungkan dengan kelainan fisik dari otot-otot disekitar dubur, meskipun
kelainan-kelainan ini memang bisa menyebabkan encopresis namun kelainan-kelainan tersebut bisa merupakan sebuah
gejala dari yang bekepanjangan.
Ada
juga kesan bahwa buang air besar di celana berhubungan kuat dengan stress,
dalam keadaan stress kronis cenderung lebih rentan terkena encopresis. Ada beberapa teori tentang penyebab encopresis mulai dari konflik keluarga,
latihan buang air besar susah, dan berbagai gangguan dari masalah keluarga
lainnya,(pengabaian, pelecehan, kekerasan, peceraian, pertikaiana antar
saudaradan alain sebagainya. Dan anak yang mengidap encopresis besikap menentang dan agresif.
Gangguan Psikosomatik
Gangguan
psikosomatik memiliki sejarah yang panjang selama lebih dari seratus tahun belakangan
telah kita temukan berbagai catatan dan laporan tentang pasien dengan gejala
fisik yang tidak bisa dijelaskan, diagnosa umum bagi keluhan-keluhan adalah
“hysteria” keadaan yang paling sering ingin disembuhkan oleh Frued saat dia
memulai prakteknya. Rasa sakit psikosomatik sedemikain dianggap sebagai
ekspresi jasmaniah dari masalah emosional yang mendasarinya merupakan
ingatan-ingatan yang menyakitkan, berbagai konflik bawah dasar, terkadang
pelecehan seksual.
Penderita
emosional dengan gangguan somatoform, dengan dua kategori yang sering kita
lihat pada anak-anak. Pertama, adalah gangguan konversi, kekurangan akan
fungsi-fungsi motorik atau inderawiah yang seringkali menyerupai keadaan-keadaan
neurologis atau oleh stress.
Dalam
kasus-kasus yang jarang terjadi, anak-anak yang mengalami gangguan ini bahkan
benar-benar akan merasa tidak mampu bangkit tempat duduk mereka, namun
tampaknya pengaruh gangguan ini seringkali muncul diarea abdominal atau perut,
gejala ini yang sangat umum terjadi sehingga seringkali dianggap terpisah dari
gangguan itu sendiri. Demikian anak-anak yang mengalami rasa sakit di abdominal
mungkin akan mengeluhkan gejala-gejalanya diantaranya, pusing, pingsan, dan
perasaan yang paling umum kurang sehat, termasuk mual-mual, muntah-muntah, dan
gangguan usus.
Kedua,
gangguan dari psikosomatik adalah gangguan somatisasi, terjadi pada remaja
gangguan ini jarang sekali terjadi pada anak-anak, gangguan ini melibatkan
keluhan jasmaniah yang kronis dan beragam. Berbeda dengan gangguan konversi,
gangguan soamatisasi bersifat jangka panjang, cenderung untuk kambuh dan
meiliki banyak sekali gejala.
Sejak
masa Frued menjelaskan bahwa anak-anak dengan gangguan psikosomatik berupa
gangguan konveksi, pada masa pra-remaja mengalami penderitaan akibat dari
stress emosional yang tidak mampu mereka ekspressikan secara langsung,stress
ini bsa ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa sspesifik, semisal kematian
anggota keluarga, kekerasan fisik atau pelecehan seksual, kondisi ruamah tangga
yang kacau, konflik dengan orangtua atau saudara kandung.
Kita
belum sepenuhnya tahu kenapa seorang anak mengalami gangguan psikosomatik dan
sebagian yang lain tidak, meskipum tampaknya ada kecenderungan genetik, trauma
dan kekerasan serta pelecehan cenderung akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya gangguan konveksi, dan sebagian anak tertentu benar-benar mengalami
kesulitan dalam mengekspresikan stress emosionalnya secara langsung.
Anak yang mengidap penyakit fisik
bagi
anak-anak yang mengalami penyakit fisik kronis mulai dari demam biasa atau
diabetes hingga penyakit otot atau kanker, kehidupan mereka mungkin merupakan
keadaan sangat menyedihkan dan menghilangkan semangat. Penyakit kronis akan
membuat anak-anak menjadi sangat ketakutan dan mudah marah. Akivitas-aktivitas
mereka sangat terbatas, kesempatan mereka untuk menikmati interaksi sosial yang
normal terkurangi, dan anak yang sakit sangat mungkin merasa ngeri tak berdaya
terhadap pungsi-pungsi jasmaniah dan kemungkinan fatal dari penyakit yang
mereka derita.
Pemahaman
anak-anak terhadap penyakit kronis yang mereka derita sangat bervariasi sesuai
dengan tingkat kecerdasan mereka. Semakin muda dan belum dewasanya seorang
anak, maka akan semakin rentan pula ia untuk menganggap penyakitnya sebagai
hukuman atas pikiran-pikiran, harapan-harapan atau perilaku-perilaku tabu
mereka. Sementara ini anak-anak yang lebih dewasa cenderung akan menggantikan
kecemasan mereka menyangkut kesehatan dan ketidakberdayaan mereka dengan
berbagai prosedur medis dan aspek konkrit dari penyakit yang mereka derita,
tersedot dalam detail tentang detail obat-obatan dan berbagai perawatan yang
harus mereka jalani.cara bagi mereka untuk menggolong-golongkan atau melepaskan
kecemasan mereka terhadap perawatan-perawatan dan operasi-operasi baru dimana
mereka sangat mungkin akan menjadi subyeknya, yang benar-benar akan menimbulkan
ketakutan dan kecemasan yang luar biasa dalam diri mereka.
Gangguan saraf bawah sadar (termasuk sindrom tourette)
Gejala
gangguan saraf bawah sadar ialah gerakan atau gestur dan terkadang disertai
lenguhan kata-kata atau suara yang muncul secara cepat, tiba-tiba, berulang
namun biasanya tanpa irama, merupakan sebuah hala yang sangat mengganggu, baik
bagi anak-anak yang mengidapnya, maupun bagi orang lain yang disekeliling
pendertanya.
Gejala-gejala
ini sering terjadi akibat sebagai sebuah bukti, keberadaan penyakit mental atau
bahkan kegilaan. Sebagian ahli terapi dan kesehatan mental masih menyakini
pendapat tersebut dan anak malang yang secara kebetulan menunjukan gangguan ini
secara dipaksa untuk seolah-olah dia terbelakangan mental atau gangguan secara
emosional.
Gangguan
saraf bawah bisa muncul dalam bentuk yang sanagat bervariasi, bisa terwujud
mulai dari kedipan mata, sentakan kepala, dan bahu yang terangkat secara cepat
hingga ketegangan otot abdominal, juluran lidah, ekspresi wajah yang aneh, dan
gestur-gestur tangan, lengan dan kaki, terkadang dalam gerakan-gerakan yang
cabul (copropraxia). Gangguan saraf yang berhubungan dengan suara bervariasi
mulai dari bentuk yang sederhana.
Anak-anak
yang menderita akibat dari gangguan saraf ini juga akan mengalami penderitaan
dari rasa takut, kesalahpahaman, dan sikap kasar orang lain, bukan hanya dari
anak-anak lain, namun juga terkadang dari anggota keluarga serta para guru.
Rasa frustasi dan kecemasan anggota keluaraga hanya akan meningkatkan rasa
ketidak-sukaan sang anak terhadap dirinya sendiri.
Gangguan
saraf bawah sadar telah dipelajari secara mendetail karena sifat dramatisnya
dan diagnosanya yang mudah, diketahui secara umum bahwa gangguan saraf bawah sadar
memiliki sebuah basis genetik. Meskipun saat ini kita sudah mengetahui bahwa
gangguan saraf ini bukanlah gejala dari neurosis, namun gangguan ini bisa
memburuk akibat stress, berita baiknya adalah hampir semua anak yang mengalami
gangguan ini 70-90% akan pulih dari awal masa remaja mereka.
Gangguan pola makan
Anak-anak
yang didiagnosa dengan obesitas jika mereka memiliki berat badan yang seperlima
lebih berat dari berat badan ideal bagi usia dan tinggi badan mereka, meskipun
sebagian besar orang mengkambing hitamkan masalah hormon atas obesitas ini,
tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kelebihan berat badan biasanya berkembang dari
sebuah sebab yang jelas, terlalu banyak makan. Obesitas memiliki kecenderungan
untuk terjadi pada setiap keluarga dan meskipun ada kemungkinan genetik
terhadap kemunculannya, masalh ini juga secara umum dipengaruhi oleh
masalah-masalah dalam keluarga, anak yang mengalami kecemasan dan mengalami
pola hidup rumah tangga yang kacau atau tidak teratur seringkali akan sering terkena
masalah kegemukan, terutama pada anggota keluarga yang mengalami obesitas.
Obesitas juga terjadi pada keluarga yang serba kekurangan, sama seperti pada
berbagai gejala-gejala psikologis lainnya, obesitas juga melahirkan masalah
emosional sekunder, menurunkan rasa percaya diri, lebih memungkinkan depresi
dan isolasi. Sementara komplikasi medis dari obesitas adalah diabetes,
kolesterol yang tinggi, masalah-masalah tidur, serta masalah umum dalam
penyesuaian diri, dalam lingkungan sosial dan sekolah.
Lawan
dari obesitas adalah anokreksia, yang hingga saat ini belum pernah dibahas
dibuku-buku tentang anak-anak
pra-remaja, anoreksia ( pengurangan makanan secara sengaja oleh seseorang)
memang masih jauh umum ketimbang pada anak-anak. Sebaliknya anoreksia pada
anak-anak muncul dalam bentuk tidak tercapainya berat badan yang idealnya,serta
pertumbuhan yang lamban.
Gangguan-gangguan
pola makn berikut memang sedikit lebih jarang terjadi namun demikian berbahaya.
Gangguan pola makan menghambat dalam hubungan mereka dengan pengasuhnya,
gangguan ikatan, secara khusus, seringkali mengimplikasikan gangguan ini.
Pica
secara remsi didefinisikan sebagai kebiasaan memakan bahan-bahan non-nutrisi
yang terus menurus, adalah sebuah gangguan yang telah menarik perhatian masyarakat
Amerika, karena seorang anak mengalami keracunan timah akibat memakan cat. Dan
juga gangguan ini akan memakan zat lain, misalnya potongan kertas, kotoran,
tanah, kayu, kertas, rambut dan sedotan plastik. Tak heran gangguan ini bisa
keracuanan hingga kerusakan usus.
Sindrom
failure-to-thrive (kegagalan untuk tumbuh) ditandai dengan perlambatan dalam
meraih berat badan, pertumbuhan fisik, tinggi badan, serta lingkar kepala, yang
disertai dengan gangguan dan perlambatan dalam perkembangan emosional dan sosial,
yang disebabka oleh kurang yang asupan kalori.
Gangguan
rumination (memamah-biak) kebiasaan untuk memuntahkan makanan dan mengunyahnya
kembali, jauh lebih jarang dari sindrom gagal-tumbuh, gangguan ini berakar pada
gangguan ikatan dengan pengasuh, dan sebagai sebuah respon terhadap pengabaian,
umu terjadi pada anak kecil, dibawah usia 3 tahun, komplikasi medis dari gangguan ini dari infeksi paru-paru,
akibat dari kandung udara yang ada dalam makanan yang dimuntahnya,hingga
malnutrisi atau kekurangan gizi, serta pertumbuhan terlambat, dan bisa berujung
kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar